Selasa, 17 April 2012

Cerpen Kutu Buku


KUTU BUKU
(Egi Sastrawisesha)

Ini merupakan hari senin. Setelah sarapan, Rendi bergegas membereskan buku-buku pelajarannya dan mencium tangan Ibunya.  Diperjalannya, Rendi amat sangat semangat untuk cepat sampai sekolah. Dengan harapan supaya ia tidak terlambat.
Dengan kacamata tebalnya dan buku-buku pelajaran di tangannya, Rendi segera masuk kelas dan menuju kelapangan untuk upacara. Selesai upacara, Rendi masuk kelas dan siap untuk belajar. Teman sebangkunya, Fachri. Ia merupakan tipe seorang lelaki yang sangat suka sekali dengan sajak. Hampir setiap acap kali dia berkata, pasti selalu menggunakan puisi.
            Pelajaran pertama, adalah pelajaran matematika. Rendi sangat suka dengan matematika. Pak Suryo, guru pengajar, memanggil Rendi untuk mengerjakan soal di depan. Awalnya Rendi sangat gugup, tapi ia berusaha untuk memberanikan diri.
            Akhirnya, Rendi bisa menjawab soal tersebut dengan baik. Matematika selesai, dilanjutkan dengan fisika lalu istirahat. “Kau sungguh hebat oh….sahabatku…” Fachri berpuisi.                                                                     
“Ya…terimakasih,..Ri, lagian soalnyakan lumayan mudah.” Jawab  Rendi.
“Jikalau begitu…, rimarimarimarimari…kita ke tinkantinkantinkantinkantin!” Timpal Fachri.
“Baiklah…” Jawab Rendi.
            Merekapun pergi kekantin untuk mengisi perut yang terkuras oleh pelajaran. Setelah istirahat, guru kesenian tidak masuk karena sakit. Berbeda dengan anak-anak lain, jika tidak ada guru. Rendi lebih menyendiri di bangkunya sendiri, sambil membaca buku kesayangannya. Sedangkan anak-anak lain bermain kesana-kesini, dan ada juga yang berlarian serta memainkan musik dari handphone.
 
            Pelajaran terakhir, guru sejarah masuk.  Salah satu pelajaran yang tidak dusukai oleh anak-anak, kecuali Rendi. Guru sejarah memutarkan film tentang evolusi manusia purba. Anak-anak yang lain ada yang memainkan handphone, tidur, menggambar dan lain-lain. Kecuali Rendi yang  sangat memperhatikan film tersebut.
            Belpun berbunyi, anak-anak segera berbondong-bondong keluar kelas. Fachri mengajak Rendi untuk pulang bareng, tapi Rendi menolaknya karena ia ingin pergi ke perpustakaan. Rendi lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan sepulang sekolah. Bahkan, kadang-kadang bisa sampai sore Rendi membaca  buku di perpustakaan.
            Bukuper buku Rendi baca, hingga ia tak sadar jika waktu sudah sore. Rendi memutuskan untuk pulang. Tapi berbeda dengan hari-hari sebelumnya ada hal yang ganjil yang  dirasakan Rendi. Diruang perpustakan itu sudah tak ada lagi siapapun kecuali Rendi. Perasaan Rendi tak enak setelah ia mendengar suara aneh dari balik rak buku. Lalu Rendi dengan perlahan menuju suara itu, dengan jantung yang berdetak kencang.
            Setelah cukup yakin dengan apa yang Rendi lakukan, dengan cepat Rendi melompat kearah balik rak buku, dan Rendi melihat seorang anak laki-laki sedang memegang buku ditangannya dan berliur serta ngorok. Lalu Rendi segera menghembuskan nafasnya, ia kira hantu atau sejenis lainnya, tapi ternyata malah anak laki-laki itu yang ketiduran sambil baca buku, udah gitu ngorok lagi.
            Kemudian Rendi membangunkan anak itu, ternyata ia merupakan adik kelas Rendi , dia kelas x-1. Setelah kejadian itu , Rendi segera mengunci pintu perpustakaan dan pulang. Keesokan harinya setelah Rendi pulang sekolah dan sesudah dari perpustakaan, Rendi berniat untuk membeli buku barunya di toko buku.
2
 
            Karena kesukaan Rendi dengan baca buku, Rendi rela menabungkan uangnya  hanya untuk membeli satu buku saja. Buku yang Rendi beli kali ini cukup tebal. Sehingga menantang Rendi untuk membacanya seharian ini. Karena tak ada PR dari sekolah, setelah makan malam Rendi melanjutkannya dengan membaca buku di kamarnya. Karena cerita didalam buku itu yang sangat menarik, Rendi sampai tak tahu waktu tidur. Jam sudah menunjukan angka satu. Rendi masih tetap membaca. Hingga terdengar suara pukulan pintu kamar Rendi. “Rendi….bangun ..sudah pagi, cepat mandi, nanti kamu kesiangan!” Teriak Ibu Rendi.
            Mendengar teriakan Ibu Rendi, ia langsung terbangun dengan terkejut.  Ketika itu Rendi sangat ngantuk, dan bergegas untuk pergi sekolah. Setelah sampai di depan pintu gerbang sekolah, Rendi terlihat sangat takut. Pak Satpam sang penjaga pintu sudah terlihat sangat marah. Lalu Rendi tidak masuk kelas selama satu jam. Pak Satpam menyuruh Rendi untuk membersihkan seluruh halaman sekolah, WC, dan lorong-lorong sekolah.
            Setelah masa hukuman habis, Rendi masuk kelas. Teman-temannya menyahutinya dan mengejeknya.  Rendi hanya terlihat murung. Karena Rendi telat masuk, jadi ia hanya ulangan sendiri. Mendengar kata “ulangan” , Rendi sangat kaget. Perasaan Pak Suryo tidak memberitahu, jika hari ini akan ulangan.
            Rendipun dipisahkan di bangku belakang, sambil mengerjakan soal matematika yang bahkan ia semalam belum menghapal. Rendi hanya menggores-gores pensilnya di kertas ulangan. Pak Suryo lalu datang da menghampiri Rendi.
“Apa-apaan ini Rendi…, cepat kerjakan!!!” Perintah Pak Suryo.
“Bababaik Pak…” Jawab Rendi.
            Ulanganpun dikumpulkan untuk segera diperiksa.  Setelah Rendi melihat hasil ulangannya, Rendi sangat kaget, hanya bulatan merah bergambar telur yang ia lihat. Lalu Rendi menyobek-nyobek kertas ulangannya. Lalu Fachri menghampiri Rendi.
“ Oh..kawanku.., ada apa gerangan denganmu…, tak biasanya engkau layu…, dan tak biasanya engkau jatuh?” Senandung puisi Fachri.
“Entahlah kawan, semalam aku tak menghapal, makannya aku mendapat nilai jelek” Jawab Rendi.

“Janganlah bersedih kawan, marilah kita renungkan semua, dan pergi ke mata air, karena sesungguhnya.., di mata air tak ada air mata…” Karya Fachri.
            Rendipun merenung sendirian di halaman sekolah. “Ternyata apa yang selama ini aku lakukan tidak benar, kebanyakan membaca dan tak kenal waktu  itu ternyata bukannya baik, tapi malah sebaliknya. Ternyata adik kelas yang tertidur di perpustakaan itu memberiku tanda, jika kebanyakan membaca itu tidak baik.” Renung Rendi dalam hati.
            Akhir-akhir ini Rendi, mengatur jadwal membaca bukunya, jika ada waktu luang ia gunakan untuk membaca. Dan Rendi sering membaca buku-buku pelajaran dibandingkan dengan novel, komik atau sebagainya. Dan ia sadar, jika membaca itu penting dan harus.., tapi bagaimana caranya kita mengaturnya, agar sesuatu yang kita baca dapat tersimpan dalam memori kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar