Jumat, 04 Mei 2012

Cerpen "SAYOUNARA MAMI"



SAYOUNARA MAMI
( Egi Sastrawisesha )
                Setiap harinya aku selalu melihat dia dudu dibangku dibawah rimbunnya pohon tua. Ketika bel istirahat berbunyi, ia selalu duduk sendiri dibangku itu sambil menulis sesuatu dibuku catatannya. Mami adalah namanya. Rambut panjang dengan wajah yang anggun dan sendu, diiringi dengan sifatnya yang tak banyak bicara. Aku menyandarkan badanku pada pohon besar dibelakang sekolah yang tak jauh dimana ia selalu beranjak. Terkadang aku berpikir, mengapa wanita sepertinya malah dijauhi oeh orang lain? Memang itulah fananya kehidupan yang akan membuat sesorang untuk selalu bertahan untuk menjalaninya.
            Hembusan angin di siang hari, membuat sebagian rambutnya terurai dan tampak wajah yang selalu dipenuhi kesedihan. Lalu dengan langkah pelan aku menghampirinya. Dia kaget dengan kedatanganku, tetapi aku mencoba menenangkan diri. Setelah kami berkenalan, aku bertanya pada dirinya mengapa ia tak suka bergaul dengan anak-anak lain dan selalu ingin sendiri. Dengan hembusan nafas yang pelan, ia menjawab jika ia tak pernah punya teman dalam hidupnya dan menganggap hanya pohon-pohon, angin-anginlah yang hanya dapat ia ajak untuk curhat.
            Dan terlarutnya kedalam cerita, aku tercengang ketika ia menceritakan jika kedua orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan pesawat waktu mereka akan berangkat ke USA. Aku berusaha menghiburnya dengan berbagai cara, tapi tak berhasil. Mami, siswi SMA kelas XI yang pediam meiliki masa lalu yang kurang baik. Lalu dengan beraninya aku memegang tangannya dan memanangnya penuh arti, jika hidup itu harus kita jadikan menjadi sessuatu yang terindah. Dengan cepat ia melepaskan taganku.
            Sehari setelah itu, aku tak melihatnya. Tersiar kabar jika Mami telah dirawat di rumah sakit karena sakit kanker otak yag dideritanya. Aku terkejut sekaligus khawatir. Segera aku bergegas meuju rumah sakit. Ketka disana, hanya ada kesedihan dan air mata, Mami meniggal. Lalu susternya memberikan secarik kertas yang ditulis Mami kepadaku. Dan isi pesannya itu berbunyi :

                        “Hadapiah hidup dengan senyuman, dan satu hal yang belum aku sampaikan….Aku mencintimu.” Aku sangat terharu melihatnya, dan diatas bunga-bunga kematian aku berkata dalam hati, Tuhan menyayangimu dan akan bahagia. Mami, sosok wanita yang membuat dunia baru dalam hidupku, sayounara Mami, semoga dirimu tenang disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar