SAYOUNARA MAMI
( Egi Sastrawisesha )
Setiap harinya aku selalu melihat dia dudu dibangku dibawah
rimbunnya pohon tua. Ketika bel istirahat berbunyi, ia selalu duduk sendiri
dibangku itu sambil menulis sesuatu dibuku catatannya. Mami adalah namanya.
Rambut panjang dengan wajah yang anggun dan sendu, diiringi dengan sifatnya
yang tak banyak bicara. Aku menyandarkan badanku pada pohon besar dibelakang
sekolah yang tak jauh dimana ia selalu beranjak. Terkadang aku berpikir,
mengapa wanita sepertinya malah dijauhi oeh orang lain? Memang itulah fananya
kehidupan yang akan membuat sesorang untuk selalu bertahan untuk menjalaninya.
Hembusan
angin di siang hari, membuat sebagian rambutnya terurai dan tampak wajah yang
selalu dipenuhi kesedihan. Lalu dengan langkah pelan aku menghampirinya. Dia
kaget dengan kedatanganku, tetapi aku mencoba menenangkan diri. Setelah kami
berkenalan, aku bertanya pada dirinya mengapa ia tak suka bergaul dengan
anak-anak lain dan selalu ingin sendiri. Dengan hembusan nafas yang pelan, ia
menjawab jika ia tak pernah punya teman dalam hidupnya dan menganggap hanya
pohon-pohon, angin-anginlah yang hanya dapat ia ajak untuk curhat.
Dan
terlarutnya kedalam cerita, aku tercengang ketika ia menceritakan jika kedua
orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan pesawat waktu mereka akan
berangkat ke USA. Aku berusaha menghiburnya dengan berbagai cara, tapi tak
berhasil. Mami, siswi SMA kelas XI yang pediam meiliki masa lalu yang kurang
baik. Lalu dengan beraninya aku memegang tangannya dan memanangnya penuh arti,
jika hidup itu harus kita jadikan menjadi sessuatu yang terindah. Dengan cepat
ia melepaskan taganku.
Sehari
setelah itu, aku tak melihatnya. Tersiar kabar jika Mami telah dirawat di rumah
sakit karena sakit kanker otak yag dideritanya. Aku terkejut sekaligus
khawatir. Segera aku bergegas meuju rumah sakit. Ketka disana, hanya ada
kesedihan dan air mata, Mami meniggal. Lalu susternya memberikan secarik kertas
yang ditulis Mami kepadaku. Dan isi pesannya itu berbunyi :
“Hadapiah
hidup dengan senyuman, dan satu hal yang belum aku sampaikan….Aku mencintimu.” Aku
sangat terharu melihatnya, dan diatas bunga-bunga kematian aku berkata dalam
hati, Tuhan menyayangimu dan akan bahagia. Mami, sosok wanita yang membuat
dunia baru dalam hidupku, sayounara Mami, semoga dirimu tenang disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar