Selasa, 17 April 2012

Cerpen Harapan Terakhir


1
 
HARAPAN TERAKHIR
( KARYA : EGI SASTRAWISESHA)

            Pagi itu merupakan pagi yang sangat istimewa untuk Farid berangkat ke sekolah. Berjalan dengan penuh asa dan harapan yang cerah agar ilmu yang didapat bermanfaat. Setelah Farid tiba di kelasnya, disana sudah ada Tio yang tersenyum padanya, menandakan jika Farid memiliki hutang kepada Tio. Faridpun membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah komik komedi kepada Tio, karena Farid sudah menjanjikannya sejak kemarin hari.
            Jarum jam sudah menunjukan jam delapan lebih lima menit, menunjukan waktunya belajar. Pak Derto, seorang guru fisika yang sedikit kurang disukai oleh anak-anak masuk ke kelas dengan wajah yang seram, cukup untuk membuat seorang bayi menangis. Pak Dertopun mengabsen sisiwa-siswi satu persatu, setelah selesai Pak Derto menyuruh untuk segera mengumpulkan tugas fisika dikumpulkannya di meja guru. Jantungpun berdetak dengan kencang, seakan darah tak bisa mengalir dengan lancer yang dirasakan oleh Farid.
            Muka Farid yang gugup dan memerah, serta tangannya yang gemetar, membuat Tio teman sebangkunya curiga. Setelah Tio tahu bahwa Farid lupa membawa tugasnya, Pak Dertopun mendatangi Farid dibangkunya dan tersenyum sedikit melecehkan. Pak Derto memukul meja Farid, sampai pensilnya jatuh kebawah meja. Pak Derto lalu memarahi Farid sampai kaca jendela kelaspun akan pecah. Farid hanya bisa diam dan menyesali perbuatannya. Dengan sura yang menakutkan, seperti suara jin dari gua yang paling menakutkan di dunia, Pak Derto menyuruh Farid untuk menutup pintu dari luar.
            Dengan seribu penyesalan, lelaki dengan rambut pirang ini berjalan menelusuri lorong sekolah. Untuk seorang murid SMA hal seperti ini sudah sering terjadi, itu pikirnya. Faridpun duduk di bangku disudut lorong sekolah yang gelap. Ketika sedang menyesali tentang tugas fisikanya, Farid mendengar tangisan seorang perempuan yang menakutkan. Faridpun mulai gelisah dan mengeluarkan keringat. Suara itu berasal dari kamar mandi perempuan. Karena penasaran, Faridpun menghampiri kamar mandi tersebut. Dengan langkah perlahan, Farid membuka pintu kamar mandi dan terlihat seorang perempuan yang tersungkur di lantai.
2
 
            Farid sangat kaget melihatnya. Faridpun mengangkat perempuan itu, dan membawanya ke bangku tadi. Peremuan itupun berhenti menangis. Suasana hening sejenak, seakan Farid tak tahu harus berkata apa. Faridpun menanyakan nama dari perempuan itu, tapi ia tak mau menjawab. Faridpun diam dan tak bersuara. Akhirnya perempuan itu berbicara jika ia bernama Clara, ia terjatuh karena kepalanya sedikit pusing sehingga ia menangis kesakitan. Faridpun bertanya kenapa ia bisa diluar kelas. Ternyata nasib Clara tak jauh berbeda dengan Farid, hanya Clara dikeluarkan dari kelas karena ia tak bisa menjawab pertanyaan gurunya.
            Farid sangat marah kala itu. Kemudian Farid memegang tangan Clara sambil berkata, jika ia akan mendatangi guru itu untuk mengadukan kesalahan Clara. Clarapun tak bisa menolak tarikan yang kuat dari Farid. Clara merupakan tetangga kelas Farid. Terdengar dari dalam kelas Clara ketukan pintu yang keras. Faridpun masuk tanpa izin, lalu berkata kepada guru Clara jika keputusan yang ia ambil merupakan tindakan yang salah. Ketidakbisaan siswa dalam menjawab pertanyaan bukan merupakan suatu kesalahan yang besar, karena belajar itu dari kesalahan.
            Guru Clara tak bisa berkata apa-apa seakan tercengang mendengar perkataan dari Farid. Akhirnya Clarapun bisa masuk ke kelas lagi. Hari itupun terlewati, hari sabtu pagi Farid sedang membaca buku dan bersantai di taman, karena itu merupakan hari bebas. Segerombolan wanita yang sedikit mengganggu Farid karena suaranya yang berisik, membuat ia mendatangi para wanita itu. Ternyata para wanita itu sedang mengerumuni Clara, berbagai hinaan dan cacian keluar dari mulut mereka, hingga merobek sanubari Clara.
            Air mata yang tak bisa terbendung menetes sambil tersudut oleh dera dan derita. Farid berusaha membubarkan para wanita yang mengganggu Clara dan berhasil. Faridppun membawa Clara ke tempat ia sedang membaca buku. Tak ada yang keluar dari mulut Clara, hanya air mata yang terus mengalir. Setelah beberapa saat, Farid bertanya tentang hal yang terjadi tadi. Clarapun berkata jika ia sering di hina dan di cacimaki oleh teman wanita di kelasnya. Alasannya adalah karena Clara adalah seorang anak koruptor yang suka menyengsarakan rakyat. Ayah Clara dulu adalah seorang pejabat kaya raya, tapi saying karena ayahnya korupsi, ayahnyapun ditangkap dan tak lama setelah itu meninggal dunia di penjara karena serangan jantung.
            Kejadian itu sangat memukul kehidupan Clara, ibunya sekarang hanya berjualan roti dari rumah ke rumah. Keluarga Clara menjadi jatuh miskin, apalagi ditambah dengan adiknya yang tidak terbiasa dengan kehidupan barunya. Itulah cerita isi hati Clara, Faridpun hanya bisa menenangkan Clara dengan tepukan tangannya dipudak Clara. Hari yang penuh dengan penderitaan bagi Clarapun terbenam diiringi burung-burung yang terbang menuju suasana hati yang baru. Farid merasa prihatin dengan keadaan Clara, setiap malam ia selalu teringat dengan Clara, wajahnya yang sendu, bibirnya yang manis, dan air mata yang berlinang kala ia menangis.
3
 
            Hari minggu telah tiba, Farid bermaksud menunjungi rumah Clara, setelah kemarin Clara memberikan alamat rumahnya kepada Farid. Tapi suasana disana sangat sunyi, rumah sederhana tampak bangku kecil di depannya itu seperti tak ada penghuninya. Tetangganyapun dating menghampiri Farid. Faridpun tak kuasa menanhan kesedihan setelah ia tahu bahwa Clara sedang ada di rumah sakit dan seluruh keluarganya disana. Dengan sepeda motornya, Farid segera menuju rumah sakit itu, sambil keresahan menggeluti hatinya. Jalananpun tidak bersahabat dengan Farid, maset total. Fardipun meminggirkan motornya di dekat warung dn berlari menuju rumah sakit.
            Setelah Farid sampai di rumah sakit ia berlari dari koridor-ke koridor mencari kamar Clara. Pintupun terbuka dan disana terlihat Clara sedang terbaring lemah, disampingnya ada ibunya dan adiknya. Farid masuk dan langsung menghampiri Clara. Menurut keterangan dari ibuya, Clara terjatuh dikamarnya karena ia mengidap kanker otak yang divonis oleh dokter, hidupnya tak akan lama lagi. Farid menangis dan memegang tangan Clara, sedikit demi sedikit, mata Clara terbuka dan keluar tutur kata dari mulutnya. Sambil tersenyum pada Farid, Clara berkata, jika Farid harus tetap semangat menjalani hidup ini, walaupun orang lain membenci kita, jangan samapai kita terpengaruh dengan hal itu.
            Farid hanya bisa menangis dan menggelngkan kepalanya. Clara juga berterimaskasih kepada Farid, jika ia merupakan teman terbaiknya dan satu-satunya teman yang paling ia sayangi. Clara menitipkan pesan kepada Farid, untuk menjaga ibunya dan adiknya agar mereka bisa hidup bahagia. Ibu Clara tak kuasa menahan kesedihan mendengar kalimat itu dari Clara. Terakhir dari Clara adalah, supaya Farid untuk tegar mneghadapi fannya kehidupan, bersemangatlah dan tetap pada prinsip hidup, selalu hargai waktu, karena kita tak akan pernah tahu kapan Tuhan ingin memanggil kita.
4
 
            Jatuhnya bunga sakura di taman bunga, menghiasi kepergian Clara. Sejak itu Farid belajar satu hal, bahwa kepedihan hidup itu merupakan suatu jembatan untuk kita meraih apa yang kita inginkan. Faridpun bersyukur bisa mengenal Clara, seorang wanita yang tegar dan selalu bertahan dari berbagai masalah dalam kehidupannya. Kini Farid membelikan rumah untuk ibu dan adik Clara, serta membangun took roti besar untuk berusaha ibu Clara. Sesuai dengan amanat dari Clara, Farid melaksanakannya dengan ikhlas. Ketika upacara pemakaman, Farid menaburkan bunga mawar dan melati diatas peristirahatan Clara, diiringi air mata dan penyesalan, teman-teman Clarapun berdatangan dan tak menyangka jika semua ini akan berakhir menyedihkan. 
SELESAI
       Bunga-bunga sakura yang berhenti berguguran, dan matahari yang muncul dengn penuh hati, membuka harapan baru dan kehidupan baru. Farid lebih baik menjalani kehidupannya, dan Faridpun menulis sebuah buku yang menceritakan tentang perjuangan seorang wanita yang selalu di hadapakan dengan nestapa hidup, sampai akhirnya ia harus berhadapa dengan Tuhan. Farid tersenyum menatap langit, dibalas oleh para burung-burung, awan, dan senyuman Clara yang terukir di langit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar