Selasa, 17 April 2012

Cerpen Jujur itu Lebih Baik


JUJUR ITU LEBIH BAIK
(Egi Sastrawisesha)

            Diceritakan disebuah sekolah sedang terdapat ujian. Rendi salah seorang siswa kelas x di SMA Nusa Bangsa. Ia merupakan siswa yang kurang rajin dalam belajar, sehingga pantas jika dalam ujian semester ganjil ini, Rendi sangatlah susah dalam mengerjakan soal-soal ulangan. Rendi dirumah hanya bermain game sampai larut malam. Ia tidak pernah belajar bahkan membaca buku. Sampai-sampai dalam keseharian belajarnya ia sering dimarahi oleh gurunnya, tidak mengerjakan pr, nilai ulangan jelek, dan sering melanggar aturan sekolah. Dan dalam ujian itu, Rendi berusaha untuk berpikir tetapi tetap saja susah. Kemudian timbul hasrat dari Rendi untuk mencontek. Kemudian Rendi mncoba menyontek kepada temannya, tetapi aksinya itu terlihat oleh pengawas ujian.
            Tentu saja, pengawas ujian itu memarahi Rendi. Dan Rendi disuruh untuk keluar ruangan. Rendi sangat menyesal melakukan itu. Lalu ia pergi kekantin sekolah dan merenung. Setelah bel sekolah berbunyi, itu menandakan jika ujian telah selesai, kebetulan hari itu merupakan hari terakhir ujian. Awalnya Rendi dalam melancarkan aksinya tidak diketahui oleh pengawas, tetapi hari itu saja hari kesialannya. Dan pastinya nilai di rapor Rendi ada yang merah. Salah satu temannya yang bernama Mariska merasa kasihan melihat teman sekelasnya itu kesusahan dalam belajar. Karena telah tiba libur semester, Mariska mendatangi rumah Rendi. Kala itu juga Rendi sangat kaget, ketika melihat temannya yang sangat luar biasa dalam belajar itu mendatanginya.
“Ren, aku dating kesini, cuman mau belajar bareng aja sama kamu, boleh kan?” Pinta Mariska.
“Oh.., jadi kamu mau menghina aku, karena aku tidak bisa menjadi seperti kamu..,udahlah aku itu gak perlu bantuan kamu, pergi sana.” Bentak Rendi.
“Tapi Ren…,” Teriak Mariska.
Tetapi Rendi segera menutup pintu dengan keras.
            Melihat sikap Rendi itu, Mariska sangat sedih. Lalu ia pulang dengan kecewa. Semalaman Rendi tidak bisa tidur, ia merasa bersalah telah membentak Mariska tadi siang. Esok harinya segera Rendi pergi menuju rumah Mariska. Mariska senang melihat Rendi menemuinya.
“Aku Cuma mau minta maaf, soal kemarin!” Ujar Rendi.
“Gak papah kok Ren, lagian kita teman iya nggak?” Mariska sambil tersenyum.
Sejak itu mereka sering belajar bersama. Libur dua minggu, mereka gunakan untuk belajar, dan Mariskapun sering memotivasi Rendi untuk lebih keras dalam belajar. Selain itu Mariska memberikan teknik belajar yang baik dan benar.
            Ketika seminggu terakhir liburan, Mariska dan Rendi lebih giat belajar.
“Ren, kalau aku cuman memesan pada kamu untuk memegang prinsip aku.” Pinta Mariska.
“Apa itu?” Tanya Rendi.
“Kamu itu harus jujur dalam hal apapun, karena jika kita memegang prinsip itu pasti kita akan menjadi orang yang lebih baik.” Mariska mnerangkan.
Rendipun memegang prinsip itu. Dan terkadang sehabis belajar bersama, mereka pergi ke taman sekedar untuk refresing. Bercanda bersama dan tertawa bersama seakan menghiasi langit biru.
            Bulan berganti bulan, akhirnya ujian semester kedua telah tiba. Rendi merasa yakin bahwa ia akan berhasil, begitu juga dengan Mariska. Dalam ujian Rendi terlihat sangat serius dalam mengerjakan soal. Terkadang ia melihat temannya yang mencontek, tapi Rendi telah berpegang teguh pada prinsipnya. Setelah ujian, Rendi tinggal menunggu hasilnya. Begitupun Mariska yang percaya diri jika ia akan berhasil merubah nasib Rendi. Dalam jangka waktu itu, lama- kelamaan Rendi menyimpan perasaan kepada Mariska. Dan Mariskapun meresponnya dengan  baik.  Mereka menjalin dan membina cinta di usianya yang masih muda itu. Mariska berkata jika nilai Rendi bagus ia sangat senang dan ia telah berhasil dalam menjalani hidup ini.
            Ketika pengumuman ujian itu Rendi sangat senang, ia hampir 90% mendapat nilai A. Rendi sangat senang mendengar itu. Lalu ia mengunjungi kekasihnya itu, tetapi teman-temannya berkata jika Mariska tidak hadir di sekolah. Lalu Rendi bergegas kerumah Mariska, ternyata menurut sepengetahuan tetangganya, Mariska sedang berbaring di rumah sakit. Mendengar itu Rendi sangat kaget. Ia segera bergegas ke rumah sakit. Disana Mariska berbaring lemah, Rendi meteskan air mata ketika mendengar penjelasan dari orangtua Mariska, jika ia terkena penyakit kanker otak dan sekarang sedang kritis.
Mariska Sambil memegang tangan Rendi.
“Aku sudah tahu jika kamu berhasil mendapat nilai bagus, aku senang akhirnya aku berhasil merubah nasib kamu menjadi lebih baik, dan aku sangat bahagia karena aku mempunyai kekasih cerdas  seperti kamu, aku sebentar lagi akan pulag Ren, Tuhan sudah memanggil aku supaya aku meninggalkan dunia ini, “ Mariska bekata dengan lemah.
Rendi hanya menangis melihat kekasihnya yang sedang sekarat itu.
Ketika itu, air mata Rendi menetes diatas batu nisan, yang bertuliskan Mariska. Rendi sedih mendalam dan ia sangat terpukul dengan itu.
            Tapi Rendi bersyukur, jika Mariska seaakan menamparnya untuk bangkit dari keburukan, dan sekarang Rendi menjadi orang yang lebih baik karena seorang wanita yang mengisi jiwanya  untuk bangkit dari kegelapan, ia berharap agar Mariska tersenyum melihat Rendi disana.
“SELESAI”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar