|
HARAPAN TERAKHIR
(
KARYA : EGI SASTRAWISESHA)
Pagi
itu merupakan pagi yang sangat istimewa untuk Farid berangkat ke sekolah.
Berjalan dengan penuh asa dan harapan yang cerah agar ilmu yang didapat
bermanfaat. Setelah Farid tiba di kelasnya, disana sudah ada Tio yang tersenyum
padanya, menandakan jika Farid memiliki hutang kepada Tio. Faridpun membuka
tasnya dan mengeluarkan sebuah komik komedi kepada Tio, karena Farid sudah
menjanjikannya sejak kemarin hari.
Jarum
jam sudah menunjukan jam delapan lebih lima menit, menunjukan waktunya belajar.
Pak Derto, seorang guru fisika yang sedikit kurang disukai oleh anak-anak masuk
ke kelas dengan wajah yang seram, cukup untuk membuat seorang bayi menangis.
Pak Dertopun mengabsen sisiwa-siswi satu persatu, setelah selesai Pak Derto
menyuruh untuk segera mengumpulkan tugas fisika dikumpulkannya di meja guru.
Jantungpun berdetak dengan kencang, seakan darah tak bisa mengalir dengan
lancer yang dirasakan oleh Farid.
Muka
Farid yang gugup dan memerah, serta tangannya yang gemetar, membuat Tio teman
sebangkunya curiga. Setelah Tio tahu bahwa Farid lupa membawa tugasnya, Pak
Dertopun mendatangi Farid dibangkunya dan tersenyum sedikit melecehkan. Pak
Derto memukul meja Farid, sampai pensilnya jatuh kebawah meja. Pak Derto lalu
memarahi Farid sampai kaca jendela kelaspun akan pecah. Farid hanya bisa diam
dan menyesali perbuatannya. Dengan sura yang menakutkan, seperti suara jin dari
gua yang paling menakutkan di dunia, Pak Derto menyuruh Farid untuk menutup
pintu dari luar.
Dengan
seribu penyesalan, lelaki dengan rambut pirang ini berjalan menelusuri lorong
sekolah. Untuk seorang murid SMA hal seperti ini sudah sering terjadi, itu
pikirnya. Faridpun duduk di bangku disudut lorong sekolah yang gelap. Ketika
sedang menyesali tentang tugas fisikanya, Farid mendengar tangisan seorang
perempuan yang menakutkan. Faridpun mulai gelisah dan mengeluarkan keringat.
Suara itu berasal dari kamar mandi perempuan. Karena penasaran, Faridpun
menghampiri kamar mandi tersebut. Dengan langkah perlahan, Farid membuka pintu
kamar mandi dan terlihat seorang perempuan yang tersungkur di lantai.
|
Farid
sangat marah kala itu. Kemudian Farid memegang tangan Clara sambil berkata,
jika ia akan mendatangi guru itu untuk mengadukan kesalahan Clara. Clarapun tak
bisa menolak tarikan yang kuat dari Farid. Clara merupakan tetangga kelas
Farid. Terdengar dari dalam kelas Clara ketukan pintu yang keras. Faridpun
masuk tanpa izin, lalu berkata kepada guru Clara jika keputusan yang ia ambil
merupakan tindakan yang salah. Ketidakbisaan siswa dalam menjawab pertanyaan
bukan merupakan suatu kesalahan yang besar, karena belajar itu dari kesalahan.
Guru
Clara tak bisa berkata apa-apa seakan tercengang mendengar perkataan dari
Farid. Akhirnya Clarapun bisa masuk ke kelas lagi. Hari itupun terlewati, hari
sabtu pagi Farid sedang membaca buku dan bersantai di taman, karena itu
merupakan hari bebas. Segerombolan wanita yang sedikit mengganggu Farid karena
suaranya yang berisik, membuat ia mendatangi para wanita itu. Ternyata para
wanita itu sedang mengerumuni Clara, berbagai hinaan dan cacian keluar dari
mulut mereka, hingga merobek sanubari Clara.
Air
mata yang tak bisa terbendung menetes sambil tersudut oleh dera dan derita.
Farid berusaha membubarkan para wanita yang mengganggu Clara dan berhasil.
Faridppun membawa Clara ke tempat ia sedang membaca buku. Tak ada yang keluar
dari mulut Clara, hanya air mata yang terus mengalir. Setelah beberapa saat,
Farid bertanya tentang hal yang terjadi tadi. Clarapun berkata jika ia sering
di hina dan di cacimaki oleh teman wanita di kelasnya. Alasannya adalah karena
Clara adalah seorang anak koruptor yang suka menyengsarakan rakyat. Ayah Clara
dulu adalah seorang pejabat kaya raya, tapi saying karena ayahnya korupsi,
ayahnyapun ditangkap dan tak lama setelah itu meninggal dunia di penjara karena
serangan jantung.
Kejadian
itu sangat memukul kehidupan Clara, ibunya sekarang hanya berjualan roti dari
rumah ke rumah. Keluarga Clara menjadi jatuh miskin, apalagi ditambah dengan
adiknya yang tidak terbiasa dengan kehidupan barunya. Itulah cerita isi hati
Clara, Faridpun hanya bisa menenangkan Clara dengan tepukan tangannya dipudak
Clara. Hari yang penuh dengan penderitaan bagi Clarapun terbenam diiringi
burung-burung yang terbang menuju suasana hati yang baru. Farid merasa prihatin
dengan keadaan Clara, setiap malam ia selalu teringat dengan Clara, wajahnya
yang sendu, bibirnya yang manis, dan air mata yang berlinang kala ia menangis.
|
Setelah
Farid sampai di rumah sakit ia berlari dari koridor-ke koridor mencari kamar
Clara. Pintupun terbuka dan disana terlihat Clara sedang terbaring lemah,
disampingnya ada ibunya dan adiknya. Farid masuk dan langsung menghampiri
Clara. Menurut keterangan dari ibuya, Clara terjatuh dikamarnya karena ia
mengidap kanker otak yang divonis oleh dokter, hidupnya tak akan lama lagi.
Farid menangis dan memegang tangan Clara, sedikit demi sedikit, mata Clara
terbuka dan keluar tutur kata dari mulutnya. Sambil tersenyum pada Farid, Clara
berkata, jika Farid harus tetap semangat menjalani hidup ini, walaupun orang
lain membenci kita, jangan samapai kita terpengaruh dengan hal itu.
Farid
hanya bisa menangis dan menggelngkan kepalanya. Clara juga berterimaskasih
kepada Farid, jika ia merupakan teman terbaiknya dan satu-satunya teman yang
paling ia sayangi. Clara menitipkan pesan kepada Farid, untuk menjaga ibunya
dan adiknya agar mereka bisa hidup bahagia. Ibu Clara tak kuasa menahan
kesedihan mendengar kalimat itu dari Clara. Terakhir dari Clara adalah, supaya
Farid untuk tegar mneghadapi fannya kehidupan, bersemangatlah dan tetap pada
prinsip hidup, selalu hargai waktu, karena kita tak akan pernah tahu kapan
Tuhan ingin memanggil kita.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar