JUJUR ITU
LEBIH BAIK
(Egi
Sastrawisesha)
Diceritakan disebuah sekolah sedang terdapat ujian. Rendi salah seorang siswa
kelas x di SMA Nusa Bangsa. Ia merupakan siswa yang kurang rajin dalam belajar,
sehingga pantas jika dalam ujian semester ganjil ini, Rendi sangatlah susah
dalam mengerjakan soal-soal ulangan. Rendi dirumah hanya bermain game sampai
larut malam. Ia tidak pernah belajar bahkan membaca buku. Sampai-sampai dalam
keseharian belajarnya ia sering dimarahi oleh gurunnya, tidak mengerjakan pr,
nilai ulangan jelek, dan sering melanggar aturan sekolah. Dan dalam ujian itu,
Rendi berusaha untuk berpikir tetapi tetap saja susah. Kemudian timbul hasrat
dari Rendi untuk mencontek. Kemudian Rendi mncoba menyontek kepada temannya,
tetapi aksinya itu terlihat oleh pengawas ujian.
Tentu saja, pengawas ujian itu memarahi Rendi. Dan Rendi disuruh untuk keluar
ruangan. Rendi sangat menyesal melakukan itu. Lalu ia pergi kekantin sekolah
dan merenung. Setelah bel sekolah berbunyi, itu menandakan jika ujian telah
selesai, kebetulan hari itu merupakan hari terakhir ujian. Awalnya Rendi dalam
melancarkan aksinya tidak diketahui oleh pengawas, tetapi hari itu saja hari
kesialannya. Dan pastinya nilai di rapor Rendi ada yang merah. Salah satu temannya
yang bernama Mariska merasa kasihan melihat teman sekelasnya itu kesusahan
dalam belajar. Karena telah tiba libur semester, Mariska mendatangi rumah
Rendi. Kala itu juga Rendi sangat kaget, ketika melihat temannya yang sangat
luar biasa dalam belajar itu mendatanginya.
“Ren, aku dating kesini, cuman mau belajar bareng aja sama
kamu, boleh kan?” Pinta Mariska.
“Oh.., jadi kamu mau menghina aku, karena aku tidak bisa
menjadi seperti kamu..,udahlah aku itu gak perlu bantuan kamu, pergi sana.”
Bentak Rendi.
“Tapi Ren…,” Teriak Mariska.
Tetapi Rendi segera menutup pintu dengan keras.
Melihat sikap Rendi itu, Mariska sangat sedih. Lalu ia pulang dengan kecewa.
Semalaman Rendi tidak bisa tidur, ia merasa bersalah telah membentak Mariska
tadi siang. Esok harinya segera Rendi pergi menuju rumah Mariska. Mariska
senang melihat Rendi menemuinya.
“Aku Cuma mau minta maaf, soal kemarin!” Ujar Rendi.
“Gak papah kok Ren, lagian kita teman iya nggak?” Mariska
sambil tersenyum.
Sejak itu mereka sering belajar bersama. Libur dua minggu,
mereka gunakan untuk belajar, dan Mariskapun sering memotivasi Rendi untuk
lebih keras dalam belajar. Selain itu Mariska memberikan teknik belajar yang
baik dan benar.
Ketika seminggu terakhir liburan, Mariska dan Rendi lebih giat belajar.
“Ren, kalau aku cuman memesan pada kamu untuk memegang
prinsip aku.” Pinta Mariska.
“Apa itu?” Tanya Rendi.
“Kamu itu harus jujur dalam hal apapun, karena jika kita
memegang prinsip itu pasti kita akan menjadi orang yang lebih baik.” Mariska
mnerangkan.
Rendipun memegang prinsip itu. Dan terkadang sehabis belajar
bersama, mereka pergi ke taman sekedar untuk refresing. Bercanda bersama dan
tertawa bersama seakan menghiasi langit biru.
Bulan berganti bulan, akhirnya ujian semester kedua telah tiba. Rendi merasa
yakin bahwa ia akan berhasil, begitu juga dengan Mariska. Dalam ujian Rendi
terlihat sangat serius dalam mengerjakan soal. Terkadang ia melihat temannya
yang mencontek, tapi Rendi telah berpegang teguh pada prinsipnya. Setelah
ujian, Rendi tinggal menunggu hasilnya. Begitupun Mariska yang percaya diri
jika ia akan berhasil merubah nasib Rendi. Dalam jangka waktu itu, lama-
kelamaan Rendi menyimpan perasaan kepada Mariska. Dan Mariskapun meresponnya
dengan baik. Mereka menjalin dan membina cinta di usianya yang
masih muda itu. Mariska berkata jika nilai Rendi bagus ia sangat senang dan ia
telah berhasil dalam menjalani hidup ini.
Ketika pengumuman ujian itu Rendi sangat senang, ia hampir 90% mendapat nilai
A. Rendi sangat senang mendengar itu. Lalu ia mengunjungi kekasihnya itu,
tetapi teman-temannya berkata jika Mariska tidak hadir di sekolah. Lalu Rendi
bergegas kerumah Mariska, ternyata menurut sepengetahuan tetangganya, Mariska
sedang berbaring di rumah sakit. Mendengar itu Rendi sangat kaget. Ia segera
bergegas ke rumah sakit. Disana Mariska berbaring lemah, Rendi meteskan air
mata ketika mendengar penjelasan dari orangtua Mariska, jika ia terkena
penyakit kanker otak dan sekarang sedang kritis.
Mariska Sambil memegang tangan Rendi.
“Aku sudah tahu jika kamu berhasil mendapat nilai bagus, aku
senang akhirnya aku berhasil merubah nasib kamu menjadi lebih baik, dan aku
sangat bahagia karena aku mempunyai kekasih cerdas seperti kamu, aku
sebentar lagi akan pulag Ren, Tuhan sudah memanggil aku supaya aku meninggalkan
dunia ini, “ Mariska bekata dengan lemah.
Rendi hanya menangis melihat kekasihnya yang sedang sekarat
itu.
Ketika itu, air mata Rendi menetes diatas batu nisan, yang
bertuliskan Mariska. Rendi sedih mendalam dan ia sangat terpukul dengan itu.
Tapi Rendi bersyukur, jika Mariska seaakan menamparnya untuk bangkit dari
keburukan, dan sekarang Rendi menjadi orang yang lebih baik karena seorang
wanita yang mengisi jiwanya untuk bangkit dari kegelapan, ia berharap
agar Mariska tersenyum melihat Rendi disana.
“SELESAI”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar