KUTU BUKU
(Egi Sastrawisesha)
Ini merupakan hari senin. Setelah sarapan,
Rendi bergegas membereskan buku-buku pelajarannya dan mencium tangan Ibunya. Diperjalannya, Rendi amat sangat semangat
untuk cepat sampai sekolah. Dengan harapan supaya ia tidak terlambat.
Dengan kacamata tebalnya dan buku-buku
pelajaran di tangannya, Rendi segera masuk kelas dan menuju kelapangan untuk
upacara. Selesai upacara, Rendi masuk kelas dan siap untuk belajar. Teman
sebangkunya, Fachri. Ia merupakan tipe seorang lelaki yang sangat suka sekali
dengan sajak. Hampir setiap acap kali dia berkata, pasti selalu menggunakan
puisi.
Pelajaran pertama, adalah pelajaran
matematika. Rendi sangat suka dengan matematika. Pak Suryo, guru pengajar,
memanggil Rendi untuk mengerjakan soal di depan. Awalnya Rendi sangat gugup,
tapi ia berusaha untuk memberanikan diri.
Akhirnya, Rendi bisa menjawab soal
tersebut dengan baik. Matematika selesai, dilanjutkan dengan fisika lalu
istirahat. “Kau sungguh hebat oh….sahabatku…” Fachri berpuisi.
“Ya…terimakasih,..Ri,
lagian soalnyakan lumayan mudah.” Jawab
Rendi.
“Jikalau
begitu…, rimarimarimarimari…kita ke tinkantinkantinkantinkantin!” Timpal
Fachri.
“Baiklah…”
Jawab Rendi.
Merekapun pergi kekantin untuk
mengisi perut yang terkuras oleh pelajaran. Setelah istirahat, guru kesenian
tidak masuk karena sakit. Berbeda dengan anak-anak lain, jika tidak ada guru.
Rendi lebih menyendiri di bangkunya sendiri, sambil membaca buku kesayangannya.
Sedangkan anak-anak lain bermain kesana-kesini, dan ada juga yang berlarian
serta memainkan musik dari handphone.
|
Belpun berbunyi, anak-anak segera
berbondong-bondong keluar kelas. Fachri mengajak Rendi untuk pulang bareng,
tapi Rendi menolaknya karena ia ingin pergi ke perpustakaan. Rendi lebih banyak
menghabiskan waktu di perpustakaan sepulang sekolah. Bahkan, kadang-kadang bisa
sampai sore Rendi membaca buku di
perpustakaan.
Bukuper buku Rendi baca, hingga ia
tak sadar jika waktu sudah sore. Rendi memutuskan untuk pulang. Tapi berbeda
dengan hari-hari sebelumnya ada hal yang ganjil yang dirasakan Rendi. Diruang perpustakan itu
sudah tak ada lagi siapapun kecuali Rendi. Perasaan Rendi tak enak setelah ia
mendengar suara aneh dari balik rak buku. Lalu Rendi dengan perlahan menuju
suara itu, dengan jantung yang berdetak kencang.
Setelah cukup yakin dengan apa yang
Rendi lakukan, dengan cepat Rendi melompat kearah balik rak buku, dan Rendi
melihat seorang anak laki-laki sedang memegang buku ditangannya dan berliur
serta ngorok. Lalu Rendi segera menghembuskan nafasnya, ia kira hantu atau sejenis
lainnya, tapi ternyata malah anak laki-laki itu yang ketiduran sambil baca
buku, udah gitu ngorok lagi.
Kemudian Rendi membangunkan anak
itu, ternyata ia merupakan adik kelas Rendi , dia kelas x-1. Setelah kejadian
itu , Rendi segera mengunci pintu perpustakaan dan pulang. Keesokan harinya
setelah Rendi pulang sekolah dan sesudah dari perpustakaan, Rendi berniat untuk
membeli buku barunya di toko buku.
|
Mendengar teriakan Ibu Rendi, ia
langsung terbangun dengan terkejut.
Ketika itu Rendi sangat ngantuk, dan bergegas untuk pergi sekolah.
Setelah sampai di depan pintu gerbang sekolah, Rendi terlihat sangat takut. Pak
Satpam sang penjaga pintu sudah terlihat sangat marah. Lalu Rendi tidak masuk
kelas selama satu jam. Pak Satpam menyuruh Rendi untuk membersihkan seluruh
halaman sekolah, WC, dan lorong-lorong sekolah.
Setelah masa hukuman habis, Rendi
masuk kelas. Teman-temannya menyahutinya dan mengejeknya. Rendi hanya terlihat murung. Karena Rendi
telat masuk, jadi ia hanya ulangan sendiri. Mendengar kata “ulangan” , Rendi
sangat kaget. Perasaan Pak Suryo tidak memberitahu, jika hari ini akan ulangan.
Rendipun dipisahkan di bangku
belakang, sambil mengerjakan soal matematika yang bahkan ia semalam belum
menghapal. Rendi hanya menggores-gores pensilnya di kertas ulangan. Pak Suryo
lalu datang da menghampiri Rendi.
“Apa-apaan
ini Rendi…, cepat kerjakan!!!” Perintah Pak Suryo.
“Bababaik
Pak…” Jawab Rendi.
Ulanganpun dikumpulkan untuk segera
diperiksa. Setelah Rendi melihat hasil
ulangannya, Rendi sangat kaget, hanya bulatan merah bergambar telur yang ia
lihat. Lalu Rendi menyobek-nyobek kertas ulangannya. Lalu Fachri menghampiri
Rendi.
“
Oh..kawanku.., ada apa gerangan denganmu…, tak biasanya engkau layu…, dan tak
biasanya engkau jatuh?” Senandung puisi Fachri.
“Entahlah
kawan, semalam aku tak menghapal, makannya aku mendapat nilai jelek” Jawab
Rendi.
Rendipun merenung sendirian di
halaman sekolah. “Ternyata apa yang selama ini aku lakukan tidak benar,
kebanyakan membaca dan tak kenal waktu itu ternyata bukannya baik, tapi malah
sebaliknya. Ternyata adik kelas yang tertidur di perpustakaan itu memberiku
tanda, jika kebanyakan membaca itu tidak baik.” Renung Rendi dalam hati.
Akhir-akhir ini Rendi, mengatur
jadwal membaca bukunya, jika ada waktu luang ia gunakan untuk membaca. Dan
Rendi sering membaca buku-buku pelajaran dibandingkan dengan novel, komik atau
sebagainya. Dan ia sadar, jika membaca itu penting dan harus.., tapi bagaimana
caranya kita mengaturnya, agar sesuatu yang kita baca dapat tersimpan dalam
memori kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar